BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Makhluk itu memiliki koordinasi motorik
yang buruk dan hanya dengan susah payah barulah ia mampu menggerakkan badannya.
Perilaku umumnya tampak tidak terorganisasi dan walaupun ia menangis ketika ia
tidak merasa nyaman, iapun ternyata menggunakan sedikit bunyi lain. Ia tidur
hampir sepanjang waktu, kira – kira 16 hingga 17 jam sehari. Anda bertanya –
tanya tentang makhluk ini dan ingin mengetahui lebih banyak tentang apa yang ia
lakukan. Anda berpikir dalam diri anda sendiri, “Kita khawatir kalau ia dapat
melihat. Bagaimana kita dapat mengetahuinya?”
Bila Anda bertanya – tanya apa gerangan
makhluk di atas, maka iniah jawabannya: Makhluk yang Anda telah baca itu ialah
bayi manusia, dan peran yang Anda mainkan adalah peran seorang peneliti
pertumbuhan bayi (developmentmentasist) yang tertarik dalam penemuan tehnik
untuk mempelajari
persepsi visual bayi.
1.2
Perumusan
Masalah :
1.
Bagaimana tahapan perkembangan masa bayi
berlangsung ?
2.
Bagaimana karakteristik bayi masa lahir ?
3.
Apa saja aspek-aspek perkembangan fisiologis ?
4.
Bagaimana cara pemeliharaan kesehatan bayi ?
5.
Apa saja masalah dan gangguan
pada bayi ?
1.3
Tujuan
:
1.
Untuk memahami perkembangan masa bayi.
2.
Untuk mengetahui karakteristik
bayi masa lahir,
3.
Untuk mengetahui aspek-aspek perkembangan fisiologis
4.
Untuk mengetahui cara pemeliharaan kesehatan bayi
5.
Untuk mengetahui apa saja masalah
dan gangguan pada bayi
I.4 Metode dan
Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam
penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari kepustakaan dan browsing dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan
menggunakan kaidah penulisan makalah secara umum yaitu:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan
masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metode dan Prosedur
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Masa Bayi
2.2 Karakteristik Bayi Masa Lahir
2.3 Aspek-Aspek Perkembangan Fisiologis
2.4 Pemeliharaan Kesehatan Bayi
2.5 Masalah
dan Gangguan Pada Bayi
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Masa Bayi
1. Tangis bayi
Tentang
tangis bayi Freud berpendapat bahwa tangis si bayi itu disebabkan oleh karena
pada saat itu terjadi perpindahan dari kehidupan yang tidak disadari ke
kehidupan yang disadari. Akibat perpindahan itu si bayi menjadi takut, dan
ingin kembali ke kehidupan yang sebelumnya (regressi). Sejak saat inilah timbul pada si bayi dorongan
atau nafsu mati.
Pendapat yang lain yang lebih bersifat umum,
mengatakan bahwa tangis si bayi itu disebabkan kelahiran itu melalui suatu
tekanan pada tubuh si bayi itu. Hal ini di buktikan dengan adanya percobaan
bahwa kepekaan rasa pada kulit, adalah yang pertama yang dialami oleh si bayi,
sebelum kepekaan rasa pada indera yang lain.
2. Ketidakberdayaan
bayi
Hal ini Nampak jelas bila di bandingkan dengan
anak binatang. Anak binatang, lahir telah dilengkapi dengan dorongan –
dorongan, misalnya dorongan atau instink untuk mempertahankan diri dan instink
untuk melindungi diri. Sedang anak manusia tidak demikian halnya. Yang paling
nampak pada saat baru lahir hanyalah instink untuk mempertahankan (kehidupan)
diri. Yaitu instink untuk makan dan minum. Untuk keperluan – keperluan yang
lain, dia sangat menggantungkan dirinya kepada lingkungannya.
Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa
ketidak berdayaan si anak, mengundang banyaknya pertolongan. Hal ini
menyebabkan banyak si penolong, dan ini memungkinkan si anak dapat berkembang
lebih sempurna daripada anak binatang.
3. Tidur bayi
Menurut penelitian charlotte buhler, di dalam
24 jam, 18 jam lamanya hanyalah untuk tidur. Sedang waktu yang lainnya
dipergunakan untuk menyusu, untuk gerakan – gerakan spontan, dan yang lain
untuk reaksi – reaksi terhadap rangsangan dari luar, baik reaksi positif maupun
reaksi negative.
Hal ini berlangsung kurang lebih dua minggu
lamanya, kemudian berangsur – angsur waktu tidur itu berkurang dan bertambahlah
gerakannya, yang berturut – turut mulai dapat menggapai – gapai dengan
tangannya, kemudian bermain – main dengan kedua tangan dan kakinya, dst. Pada
umur 5 bulan, waktu tidur itu hanya selama 12 jam, sedang waktu yang lain
adalah untuk melayani dorongan – dorongan dari dalam dan untuk mereaksi positif
maupun negative.
Sampai pada umur 6 bulan, pada saat tidak
tidur ia
mulai mengeluarkan suara– suara.
Ia mulai tertarik dengan benda – benda lain sebagai alat permainannyadan semua
yang dapat di gapainya, di cobanya untuk
dimasukkan ke mulutnya. Semua yang dapat dilihat, ingin digapainya. Sampai pada
umur 10 bulan, ia hanya menangis bila ia merasa sakit atau lapar. Ia telah
mulai berusaha menjangkau apa yang dilihatnya dengan mengangkat dirinya pindah
dari kedudukan semula (merangkak). Demikian perkembangan anak itu berlangsung
terus, sehungga sampai umur 12 bulan, anak yang normal telah dapat berjalan.
2.2 Karakteristik
Bayi Masa Lahir
Menurut para ahli psikologi perkembangan (Papalia, Old & Feldman, 1998; Turner & Helms, 1995; Santrock,
1999), ada beberapa ciri – ciri bayi yang normal. Bayi yang normal tentu
mempunyai tanda – tanda kesadaran untuk merespons terhadap stimulasi yang
berasal dari lingkungan hidupnya. Di bawah ini ada enam karakteristik umum yang
dialami oleh bayi yang baru lahir dari Rahim ibunya, yaitu:
1. Banyak tidur
Yang dilakukan oleh bayi adalah tidur secara
terus – menerus. Matanya selalu menutup, sebagai upaya untuk menjalani proses
kehidupannya. Dengan demikian, seorang bayi seolah – olah dalam keadaan malas,
karena tidur menerus.
2. Tidur aktif
Tidur merupakan aktivitas utama bagi setiap
bayi yang normal. Sebagian besar waktunya memang harus dipergunakan untuk tidur
setelah makan atau minum, biasanya bayi akan merasa mengantuk dan tertidur,
karena perutnya sudah kenyang. Dalam pandangan psikofisiologis, aktivitas tidur
berfungsi untuk memberikan kesempatan organ perut untuk mengolah makanan agar
dapat digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Pengolahan
makanan yang dilakukan oleh organ perut bersifat efektif karena hasil
pengolahan tersebut segera di ubah menjadi energy dan pertumbuhan organ – organ
fisiknya.
3. Malas – malasan
Seringkali keadaan tidur dianggap sebagai
perilaku malas. Malas – malasan bukan berarti bahwa bayi tidak mau beraktivitas
apa – apa, akan tetapi bayi mencoba memanfaatkan waktunya untuk melihat,
memandangi atau mengobservasi terhadap benda – benda di lingkungan sekitarnya.
Proses observasi ini menjadi dasar pembelajaran bayi untuk mengenali dan
mengingat objek benda. Oleh karena itu, stimulasi eksternal yang aktif dari
orang tuanya, akan meningkatkan kemampuan kognitif bayi. Setiap stimulasi yang
direspon oleh bayi akan meningkatkan fungsi intelektual, kecerdasan maupun
minat bayi terhadap objek lingkungan eksternal. Dengan demikian akan
menumbuhkan minat, bakat maupun kemampuan memecahkan masalah (problem solving skill).
4. Waspada
Lamanya bayi tinggal dan berdiam seorang diri
di ruang kamar, akan menimbulkan rasa bosan karena bayi menghadapi situasi dan
kondisi yang monoton. Oleh karena itu, bayi merasa resah, gelisah, stress dan
menangis. Meskipun dalam keadaan tidur, namun ketika bayi merasa gelisah dan
mendengar suara – suara yang keras dan memekakkan telinga akan di respon dengan
keterkejutan (shock), maka ia pun segera terbangun dari tidurnya.
5. Rewel
Pengalaman – pengalaman yang tidak
menyenangkan akan dirasakan sebagai sesuatu yang mengganggu hidupnya. Berbagai
kondisi fisik yang tidak nyaman seperti sakit – penyakit, lapar, tenggorokan
haus, cuaca dingin atau panas, suasana bising, ramai, sumpek dan sebagainya,
cenderung akan membuat bayi terus – menerus menangis. Ia sering rewel dan tidak
mau diam. Oleh karena itu, dengan teratasinya masalah tersebut, maka akan
membuat bayi merasa tenang kembali.
6. Menangis
Menangis merupakan bahasa komunikasi yang
diekspresikan oleh seorang bayi kepada lingkungan sosialnya. Menangis merupakan
suatu tanda yang memiliki arti tertentu, yang mengisyaratkan bahwa bayi
memerlukan perhatian secepat mungkin. Penyebab bayi menangis diantaranya adalah
karena factor internal maupun eksternal.
Factor internal ialah factor – factor yang berasal dari dalam diri sendiri,
seperti rasa lapar, capai, mengantuk. Factor eksternal ialah factor dari
lingkungan diluar dirinya, seperti kamar terasa panas, dingin, gelap dan
sebagainya.
2.3 Aspek-aspek
Perkembangan Fisiologis
Pertumbuhan fisiologis menjadi tolok ukur
perkembangan bayi. Perubahan-perubahan fisik merupakan konsekuensi dari proses
pemeliharaan dari orang tuanya. Pemberian makanan yang bergizi dan memberikan
stimulasi eksternal akan memacu
perkembangan fisik, kognitif maupun psikomotoriknya. Selain itu, fungsi
kerja organ-organ fisik yang memadai (adequate), sehat dan normal meningkatkan
kinerja aktivitas bayi dalam kehidupan sehari-hari. Dibawah ini akan dijelaskan
5(lima) aspek perkembangan fisik bayi, antara lain:
1. System Organ Tubuh
Susunan system organ yang dimiliki bayi telah
berkembang secara lengkap dan matang, tetapi tidak didukung oleh kemampuan untk
mengkoordinasikan dengan baik, sehingga belum dapat difungsikan secara sadar
dan mandiri oleh bayi. Artinya bayi belum dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang
memerlukan koordinasi sistem syaraf, seperti kegiatan psikomotorik halus (fine motoric) maupun keterampilan
motorik kasar (gross motoric). Oleh
karena itu, aktivitas bayi bersifat pasif yakni memerlukan rangsangan
(stimulasi) dari luar dan biasanya ia selalu berada diseputar tempat tidurnya.
2. System Peredaran Darah
Selama masa dikandungan, system peredaran
darah janin dipengaruhi oleh plasenta yang dihubungkan dengan rahim ibunya.
Tetapi setelah lahir, system peredaran darah bayi sudah terpisah dari plasenta
dan berjalan sebagaiman mestinya seperti orang dewasa lainnya. Setelah lahir,
detak jantung bayi bekerja secara cepat dan cenderung tak teratur, sehingga hal
ini mempengaruhi pada ketidak-setabilan tekanan darahnya. Namun hal ini hanya
berlangsung kurang lebih selama 10 hari, karena kondisi internal bayi sedang melakukan
proses penyesuaian diri dengan keadaan diluar dirinya(temperature-suhu,
makanan,minuman maupun tempat tinggal). Sesudah itu, system peredaran bayi akan
menjadi normal seperti orang dewasa lainnya.
3. System Pernapasan
Semasa dikandungan, janin bernapas melalui
tali plasenta. Namun kemudian, setelah lahir, bayi harus melakukan pernapasan
sendiri, tanpa bantuan tali plasenta lagi. Oleh karena itu, bayi yang baru
lahir akan merasa terkejut dan langsung menangis sebagai reaksi terhadap
situasi baru. Usai pemotongan tali plasenta makin memperjelas keterpisahan bayi
dari Rahim ibunya, sehingga hal ini mendorong bayi untuk memanfaatkan system
pernapasan sebagai cara bayi menyesuaikan diri dengan lngkungan eksternalnya.
Organ-organ internal (seperti paru-paru, tenggorokan) dan organ eksternal
(hidung, mulut) segera berfungsi baik.
Bayi-bayi yang dilahirkan dalam keadaan
premature, umumnya mengalami gangguan pernapasan. Hal ini terjadi karena
organ-organ system pernapasan (respiration
system) belum siap dipergunakan untuk bernapas. Oleh karena itu bayi
prematur harus memerlukan bantuan medis agar supaya dapat bernapas dengan bai.
Bayi prematur harus dimasukkan ke dalam inkubator (incubator) untuk mendapatkan suhu atau temperatur yang
sesuai dengan suhu di dalam rahim ibunya. Dengan demikian, bila bayi telah siap
untuk bernapas secara mandiri, maka ia harus ke luar dari masa inkubasi
tersebut.
4. Sistem Pencernaan Makanan
Sejak lahir bayi tak lagi memperoleh makanan
dari tali plasenta, tetapi ia harus
dapat menelan dan mencerna makanan yang diterima melalui mulutnya. System
pencernaan bayi harus disesuaikan dengan bahan-bahan makanan yang
dikonsumsinya, seperti air susu ibu(ASI) akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat.
Menginjak usia 4 bulan, bayi sudah memperoleh
bahan makanan tambahan, seperti bubur atau biscuit. Meskipun demikian,
pemberian bahan makanan tersebut harus hati-hati, agar tidak menimbulkan stress
pada bayi. Cara pemberian bahan makanan tambahan akan bermanfaat untuk
mengajar, mendidik dan melatih bayi untuk menelan maupun mencerna bahan-bahan
yang sedikit lebih keras dibandingkan ASI. Dengan demikian makin bertambah hari
akan makin mampu untuk menyesuaikan diri dengan baik dan fungsi pencernaaan
berjalan lancar.
5. System Pengaturan Suhu Badan
Reaksi menangis pertama kali setelah kelahiran
dianggap sebagai upaya untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan suhu di
luar. Di dalam Rahim, ia merasakan sangat nyaman dan hangat. Ia tak pernah
merasakan panas, dingin, tekanan(stress) langsung dari lingkungan luar. Tetapi
ketika lahir, mau tidak mau bayi dipaksa
untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan eksternalnya. Sebagai
konsekuensinya, pada bayi-bayi yang belum mampu beradaptasi dengan baik, maka
bayi sering kali menangis, sakit dan rewel terus menerus. Hal inilah dianggap
sebagai stress lingkungan sosial yang dialami bayi. Bagi bayi-bayi yang
terbiasa menghadapi kenyataan tersebut, maka mereka tidak akan merasa kaget dan
tetap tenang, nyaman dan aman dalam beradaptasi.
2.4 Pemeliharaan
Kesehatan Bayi
Walaupun
sebagai makhluk yang lemah dan tidak berdaya, seorang bayi menghendaki dirinya
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang mengarah pada peningkatan kualitas
kehidupan. Karena mau tak mau, ia akan dan harus mengahadapi permasalahan
hidupnya seorang diri. Untuk itu, sejak awal sebenarnya bayi memerlukan
bimbingan, arahan, latihan, dan didikan untuk memasuki masa-masa perkembangan
berikutnya, salah satu dari pemeliharaan kesehatan bayi adalah
dengan pemberian ASI.
Air Susu
Ibu (ASI) adalah susu alami yang diproduksi oleh organ tubuh yang dirangsang
oleh kelenjar hormon lactogen, setelah melahirkan bayinya. ASI merupakan susu
yang paling berkualitas bila dibandingkan dengan susu buatan yang dihasilkan
dari pabrik. Bila diberikan secara benar dan tepat ASI akan memberikan 3
manfaat yang dirasakan bayi, yakni :
1.
Manfaat
Psikologis
Walaupun
hidup bayi didasari oleh insting biologis, namun bayi memerlukan kebutuhan
psikologis yang hanya diperoleh dari orang tua. Kebutuhan psikologis ini,
diperoleh melalui kedekatan fisik ketika si ibu memberi ASI kepada bayinya.
Bayi akan merasakan perhatian dan kasih sayang yang tulus dari ibunya.
Bayi-bayi yang memperoleh perhatian dan kasih sayang dengan baik sejak masa
lahir, akan tumbuh menjadi seorang yang dapat memiliki badan yang sehat,
lincah, rasa percaya diri, mandiri, inisiatif, dan kreatif dalam menghadapi
lingkungan sosialnya. Sebaliknya, bayi-bayi yang tak memperoleh ASI dengan
baik, cenderung memiliki kondisi badan yang rentan terhadap penyakit, kurus,
sakit-sakitan, kurang mampu bergaul, minder, pasif, dan kurang inisiatif.
2. Manfaat Sosiologis
Pada dasaranya, bayi adalah makhluk sosial.
Karena itu, ia memerlukan pergaulan dengan orang lain. Ia tak mungkin dapat
hidup sendiri. Bagi bayi, orang tua menjadi sumber pertama untuk mengembangkan
kehidupan sosialisasinya. Ia akan belajar berbicara, menyampaikan perasaan,
pengalaman kepada orang lain, melalui interaksi intensif dengan orang tuanya.
Secara langsung, orang tua merupakan model yang dipelajari dan di contoh si
bayi. Yakni melalui proses pengamatan, peniruan, dan penghayatan secara
kontinyu.
3. Manfaat Pertumbuan Fisiologis
Dalam
berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli gizi maupun kedokteran,
ternyata ASI mengandung berbagai zat nutrisi (vitamin, protein, mineral,
laktosa, glukosa) yang memiliki khasiat tinggi bagi pertumbuhan bayi. Justru
ASI lah yang menjadi factor penentu kesehatan bayi dikemudian hari. Namun
demikian, hal ini sangat tergantung dari kondisi kesehatan si ibu. Ibu yang
sehat akan memberi ASI yang sehat kepada bayinya, sebaliknya ibu yang
sakit-sakitan cenderung tidak akan dapat memberi ASI yang sehat kepada bayinya.
Caranya dengan menjaga kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ibu.
Kiranya, empat sehat lima sempurna, merupakan kunci penting yang menjadi
jawaban agar ibu tetap bugar dan memiliki ASI yang sehat bagi bayi.
2.5 Masalah
dan Gangguan pada Bayi
Autisme
:
Autisme ialah suatu gangguan yang parah
yang tampak pertama kali pada masa bayi. Ini meliputi ketidakmampuan berelasi
dengan
orang, ketidakmampuan berbicara, dan kecewa atas perubahan dalam hal-hal rutin
atau pada lingkungan disekitarnya. Autisme tampaknya melibatkan beberapa bentuk
disfungsi otak organik dan faktor keturunan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Masa bayi
merupakan masa dimana kehidupan seorang anak
hanya dihabiskan untuk tidur, makan, buang kotoran dan melakukan gerakan
– gerakan yang spontan. Dan masa ini merupakan masa terpenting dalam
proses pembentukan dan pengembangan
kepribadian seorang anak. Pada masa ini terdapat karakteristik – karakteristik
bayi pada masa lahir diantaranya adalah banyak tidur, tidur aktif, malas –
malasan, waspada, rewel, dan menangis. Dimana keadaan itu dilakukan oleh si
bayi karena ada keadaan – keadaan yang membuat si bayi melakukan hal seperti
itu.
Perkembangan
fisiologis bayi merupakan bentuk perkembangan yang dapat diamati secara
langsung oleh orang tua karena sangat jelas tolok ukurnya. Seorang akan dapat
membedakan sebelum dan sesudah perubahan yaitu dapat diketahui dengan melihat
ukuran organ – organ tubuhnya. Pemeliharaan kesehatan bayi sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi, salas satu pemeliharaan kesehatan bayi
adalah dngan pemberian ASI, jika ASI diberikan dengan baik maka akan memberikan
tiga manfaat untuk bayi yaitu manfaat psikologis, sosiologis dan manfaat
pertumbuhan fisiologis. Pada masa ini juga terdapat masalah dan gangguan pada
bayi, salah satunya adalah autisme.
3.2 Saran
Agar anak
tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat secara psikomotorik maupun
motorik , salah satunya dengan cara menjaga dan merawat pertumbuhan anak mulai
dari bayi. Karena dari masa bayi lah orang tua bisa menumbuhkan bakat-bakat
atau keterampilan-ketrampilan motorik kasar maupun halus. Selain itu seorang
ibu juga harus memberikan ASI kepada bayinya, karena ASI mengandung kelenjar
hormone lactogen, yang bisa memberikan manfaat psikologis, sosiologis maupun
fisiologis kepada perkembangan bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar