Selasa, 27 Mei 2014

Model Komunikasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Komponen Komunikasi
Terdapat lima unsur dasar dalam komunikasi, yaitu : pengirim, penerima, medium, pesan, dan beberapa bentuk umpan balik (tanggapan penerima pesan).
1.      Pengirim
Pengirim sebagai p
emrakarsa/sumber komunikasi, dapat merupakan sumber formal maupun informal. Sumber komunikasi formal mungkin berupa organisasi untuk memperoleh laba (komersial) maupun nirlaba. Sumber informal mungkin orang tua, atau teman yang memberikan informasi atau nasihat mengenai produk.
2.      Penerima
Penerima komunikasi pemasaran formal cenderung menjadi calon atau pelanggan yang dibidik (yaitu anggota audien yang dibidik oleh pemasar). Audien perantara dan yang tidak diharapkan juga mungkin menerima komunikasi para pemasar.
3.      Medium
Medium atau saluran komunikasi mungkin impersonal (misalnya, media massa) atau interpersonal (pembicaraan resmi antara tenaga penjual dan pelanggan atau pembicaraan informal antara dua orang atau lebih yang terjadi secara langsung baik melalui telepon, surat maupun online).
4.      Pesan
Pesan dapat bersifat verbal (lisan atau tertulis), nonverbal (foto, ilustrasi, atau symbol), atau kombinasi keduanya. Pesan verbal biasanya dapat mencakup informasi produk atau jasa yang lebih spesifik dari
pada pesan non verbal. Pesan verbal yang digabungkan dengan pesan non verbal sering memberikan lebih banyak informasi kepada penerima dari pada salah satu diantara keduanya.
5.      UmpanBalik
Umpan balik yang cepat waktunya memungkinkan pengirim untuk memperkuat, mengubah, atau memodifikasi pesan untuk menjamin agar dapat dimengerti sesuai dengan yang dimaksudkan.

2.2    Model-Model Komunikasi Menurut Para Ahli

Teoritikus komunikasi menciptakan model-model komunikasi yang merupakan reperesentasi sederhana dari hubungan-hubungan kompleks diantara elemen-elemen dalam proses komunikasi, yang mempermudah kita untuk memahami proses yang rumit.
Berikut ini adalah model-model komunikasi menurut para ahli :
1.      Komunikasi Sebagai Aksi (Model Linier)
Model Linier ini merupakan deskripsi dari Claude Shannon (seorang ilmuwan Bell Laboratories dan profesor di Massachusetts Institute of Technology) dan Warren Weaver (seorang konsultan pada sebuah proyek di Sloan Foundation). Mereka berdua pandangan satu arah mengenai komunikasi yang berasumsi bahwa pesan dikirimkan oleh suatu sumber melalui penerima melalui saluran. Sumber dari tersebut bisa berupa asal ataupun pengirim pesan. Sedangkan pesan yang dikirim  dapat berupa kata-kata, suara, tindakan, atau gerak-gerik dalam sebuah interaksi. Komunikasi model linier ini juga melibatkan gangguan (noise) yang merupakan hal yang tidak dimaksudkan oleh sumber informasi. Ada 4 jenis gangguan pada model komunikasi liner ini, yaitu: gangguan semantik, gangguan fisik (eksternal), gangguan psikologis, dan gangguan fisiologis.
2.      Komunikasi Sebagai Interaksi (Model Interaksional)

Model komunikasi interaksional ini dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Bila dalam model komunikasi linier, seseorang hanyalah berperan sebagai pengirim atau penerima, maka pada model komunikasi interaksional ini juga mengamati hubungan antara seorang pengirim dan penerima. Model komunikasi ini menekankan proses komunikasi dua arah diantara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim amupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya
sekaligus.

3.      Komunikasi Sebagai Transaksi (Model Transaksional)
Model komunikasi transaksional ini dikemukakan oleh Barnlund. Dia menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam sebuah episode komunikasi. Model komunikasi transaksional berarti bahwa proses komunikasi tersebut kooperatif, baik pengirim maupun penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. (indahf/Carapedia)
4.      Model Leary ( dalam Machfoedz, 2009)
Komunikasi merupakan proses transaksi multidimensional yang ditentukan oleh interaksi yang terjadi diantara pihak komunikator dan komunikan. Respon komunikan sangat dipengaruhi oleh perlakuan pihak komunikator. Model Leary meliputi dua dimensi yaitu menguasai vs dikuasai dan senang vs tidak senang.
           1. Dimensi menguasai vs dikuasai (dominance vs submission)
Dimensi ini menerangkan apabila komunikator dalam komunikasi berada pada posisi dominance maka komunikan berada pada posisi submission. Kondisi komunikasi ini dapat terjadi pada komunikasi satu arah, misalnya komunikasi diantara perawat dan klien. Pihak yang berada pada posisi submission merupakan pihak yang lemah. Oleh karena itu ia harus patuh pada perintah atau pesan komunikasi yang disampaikan.
                    2. Dimensi senang vs tidak senang (love vs hate)
Dimensi ini berbicara tentang perlakuan satu pihak atau komunikator dengan pihak lain atau komunikan berdasarkan rasa senang atau tidak senang. Komunikasi yang didasarkan pada dimensi ini akan menimbulkan perlakuan diskriminatif kepada pihak komunikan. Dengan demikian dimensi ini tidak tepat apabila diaplikasikan dalam keperawatan jiwa karena seorang perawat adalah professional yang tidak dibenarkan memperlakukan klien secara diskriminatif.


5.      Model interpersonal Hildegard E. Peplau (dalam Fitzpatrick, 1989)
Model interpersonal peplau lebih menekankan proses komunikasi sebagai konsep dasarnya. Komunikasi merupakan unsur terpenting di lingkungan manusia dan komunikasi juga menengahi pemikiran atau pendapat. Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses interpersonal (Fitzpatrick, 1989).
Teori Hildegard E. Peplau(1952) berfokus pada individu, perawat dan proses interaktif yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Artinya suatu hasil proses kerja sama manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar manusia).

6.      Model interaksi Imogene King

Model interaksi King menekankan proses komunikasi yang berlangsung antara perawat dan pasien merupakan hasil interaksi yang bertujuan untuk menentukan suatu keputusan dalam pelaksanaan tindakan kesehatan. Proses interaksi dalam komunikasi merupakan dasar tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada klien (Machfoedz, 2009).
Penerapan model ini didasarkan pada pertimbangan untuk membantu klien agar berupaya mempertahankan kesehatan. Perawat perlu menganalisis komponen yang berkaitan dengan status kesehatan klien. Kesehatan klien bukan merupakan faktor yang berdiri sendiri melainkan berhubungan erat dengan lingkungan, sosial, dan budaya masyarakat di sekitarnya. Model ini menekankan hubungan timbal balik antara individu dan sistem social (Machfoedz, 2009).

7.      Model S – R (John Broad Watson)
Model stimulus – respons (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi behavioristik.        
Model ini menunjukkan bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Jadi model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat nonverbal, gambar dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pertukaran informasi ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek dan setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi.
Contoh : Anda menyukai seseorang, lalu anda melihat dan memperhatikan wajahnya sambil senyum-senyum. Ternyata orang tersebut malah menutup wajahnya dengan buku atau malah teriak “apa liat-liat, nantang ya?” lalu anda kecewa dan dalam pikiran anda merasa cintanya bertepuk sebelah tangan dan anda ingin bunuh dia.

8.      Model Aristoteles
Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering juga disebut model retoris. Model ini sering disebut sebagai seni berpidato.         
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-kererpercayaan anda), argumen anda (logos-logika dalam emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan efek persuatif suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampainnya.
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis.



9.       Model Shannon dan Weaver
Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi. Model itu melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menyiptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima.
Konsep penting Shannon dan Weaver adalah :
Gangguan (noise), Setiap rangsangan tambahan dan tidak dikendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan.

10.  Model Newcomb
Komunikasi adalah suatu cara yang lazim dan efektif yang memungkinkan orang orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah model tindakan komunikatif dua orang yang disengaja.
Model ini mengisyaratkan bahwa setiap sistem ditandai oleh suatu keseimbangan atau simetri,karena ketidakkeseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.

11.  Model Westley dan Maclean
Menurut pakar ini, perbedaan dalam umpan balik inilah yang membedakan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa. Umpan balik dari penerima bersifat segera dalam komunikasi antarpribadi, dalam komunikasi massa bersifat minimal atau tertunda. Sumber dalam komunikasi antar pribadi dapat langsung memanfaatkan umpan balik dari penerima sedangkan dalam komunikasi massa sumber misalnya penceramah agama, calon presiden yang berdebat dalam rangka kampanye politik.
Konsep pentingnya adalah Umpan balik, Perbedaan dan kemiripan komunikasi antarpribadidengan komunikasi massa. Pesan ini juga membedakan pesan yang bertujuan dan pesan yang tidak bertujuan.

12.  Model Gerbner

Model verbal Gerbner adalah : Seseorang ( sumber, komunikator ), mempersepsi suatu kejadian dan bereaksi dalam suatu situasi melalui suatu alat untuk menyediakan materi dalam suatu bentuk dan konteks yang mengandung isi dan yang mempunyai suatu konsekuensi.

13.  Model Berlo
Menurut model Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor :
1.      Keterampilan komunikasi
2.      Sikap
3.      Pengetahuan
4.      Sistem sosial
5.      Budaya
Salah satu kelebihan model ini adalah model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model ini bersifat heuristik (merangsang penelitian).

14.   Model DeFleur
Source dan Transmitter adalah dua fase yang berbeda yang dilakukan seseorang, fungsi receiver dalam model ini adalah menerima informasi dan menyandi baliknya mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan.
Menurut DeFleur komunikasi adalah terjadi lewat suatu operasi perangkat komponen dalam suatu sistem teoretis, yang konsekuensinya adalah isomorfisme diantara respons internal terhadap seperangkat simbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima.

15.  Model Tubbs
Pesan dalam model ini dapat berupa pesan verbal, juga non verbal, bisa disengaja ataupun tidak disengaja. Salurannya adalah alat indera, terutama pendengaran, penglihatan dan perabaan.

Gangguan dalam model ini ada 2, gangguan teknis dan gangguan semantik. Gangguan teknis adalah faktor yang menyebabkan si penerima merasakan suatu perubahan dalam informasi atau rangsangan yang tiba, misalnya kegaduhan. Ganguan semiatik adalah pemberian makna yang berbeda atas lambang yang disampaikan pengirim.

16.  Model Gudykunst dan Kim
Merupakan model antar budaya, yakni komunikasi antara budaya yang berlainan, atau komunikasi dengan orang asing.
Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian balik pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategprikan menjadi faktor-faktor budaya, sosial budaya, psikobudaya, dan faktor lingkungan.

      2.3   Aplikasi Penggunaan Model Komunikasi (Stuart & sundeen,1998)
                 ► Pandangan Tentang Penyimpangan Perilaku (Berne, Watzlawick)
Penyimpangan perilaku disebabkan karena kegagalan dan kekacauan dalam berkomunikasi. Gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan dengan jelas. Kegagalan bisa terjadi karena sender tidak mampu bicara atau menerima umpan balik, pesan tidak mampu disampaikan atau tidak dimengerti atau receipen tidak bisa menerima atau memberi respon.
                 ► Proses Terapeutik        
Pola komunikasi klien dianalisa sehingga klien bisa mengerti mengapa dia gagal dalam berkomunikasi. Kegiatannya bisa berupa pembicaraan antar individu, kelompok dan dengan tim kesehatan. Klien diberi beberapa pelatihan, kemudian therapist memberi laporan tentang kemajuannya dan klien disuruh memberi umpan balik untuk mengklarifikasi area masalah. Analisis transaksional berfokus pada permainan dan belajar untuk berkomunikasi secara langsung tanpa bersandiwara.
                  ► Peran Pasien dan Terapis
Pasien memperhatikan pola komunikasi, termasuk permainan, pelatihan  dan bekerja untuk mengklarifikasi komunikasinya sendiri serta memvalidasi pesan dari orang lain. Klien berusaha meningkatkan komunikasi dengan mempelajari umpan balik dari orang lain.

Terapis menginterpretasi pola komunikasi kepada pasien dan mengajarkan prinsip-prinsip komunikasi yang baik.  Terapis memperagakan cara berkomunikasi yang baik, memberikan reinforcement pada komunikasi yang baik dan bila belum efektif maka harus didiskusikan kembali.

MODEL PENGUBAHAN PERILAKU

MODEL-MODEL PENGUBAHAN PERILAKU

Teori/model dibagi menjadi dua kategori, yaitu yang membahas proses intra-psikis (proses di dalam diri individu) dan yang menekankan hubungan antar pribadi (inter-personal).
A.    Proses Intra-psikis
1.      Janis (Model Pengurangan Rasa Takut)
Merupakan teori yang mengatakan bahwa rasa takut dapat menimbulkan tindakan. Apabila rasatakut itu sampai pada tingkat tertentu maka seseorang akan menerima tindakan yang dianjurkan, sedangkan apabila rasa takut itu sedikit sekali atau justru terlalu kuat, maka individuakan menolak anjuran.Contohnya :Seorang wanita baru saja di diagnosis oleh dokter bahwa ia mengidap kanker serviks, wanita tersebut setelah diberitahu ia terkejut, takut dan sedih. Karena ketakutan yang berlebihan makaia tidak mendengarkan anjuran dokter dengan baik tentang perlunya operasi pengangkatan rahim sebagai upaya penjalaran penyakit tersebut. Maka agar wanita tersebut dapat denganbaik menerima anjuran dokter yang diberikan, rasa takut wanita tersebut harus dikurangi agar informasi tentang tindakan pencegahan dan penyembuhan wanita tersebut dapat dipahamidengan baik.

2.      Rosenstock (Model Kepercayaan Kesehatan)
Merupakan teori pengembangan dari green yang dinamakan dengan health beltef model (1982)ini berarti bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya dan tidak memperdulikan apakah motif tersebut sesuai atau tidak dengan realitas dan pandangan orang.Model ini menjelaskan bagaimana suatu persepsi kemungkinan terjadi penyakit munculkemudian persepsi ini di dorong oleh beberapa faktor yaitu variable demografis dan sosio-psiko,besarnya ancaman penyakit yang ditentukan oleh faktor pencetus tindakan sehingga individu melakukan tindakan yang dianjurkan.
Contoh :Pria X mengalami batuk-batuk hingga lebih dari 2 minggu, diwilayah tersebut sedang marak penyakit TBC kemudian seorang dokter menduga kemungkinan itu memang penyakit TBC,setelah cek up oleh dokter  ternyata benar itu penyakit TBC maka dokter tersebut akan memberikan segala resiko yang akan muncul akibat penyakit TBC terlebih jika tidak diobati,maka dengan begitu pria X akan mengikuti anjuran dokter.

3.      Lewin (Pertentangan Kekuatan)
Kurt Lewin membuat teori yang dinamakan Force Field Analysis yang berarti bahwa didalam diri individu selalu terdapat kekuatan/dorongan yang saling bertentangan.Di satu pihak ada yang kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan (driving forces) tetapi sebaliknya ada pula kekuatan yang melarang/menghambat untuk melakukan tindakan tersebut (restraining forces) pertentangan ini membuat individu merasa gelisah dan tidak tenang dan harus memutuskan untuk memilih salah satu diantara keduanya untuk mencapai keseimbangan dan rasa tenang agar hal ini tercapai, menurut Lewin dapat ditempuh dengan 3 cara yaitu :
a.       Memperkuat driving forces (dengan cara menggalakan upaya persuasi dan pemberian informasi tentang program kesehatan yang sedang dilaksanakan).
b.      Mengurangi restaining forces, yaitu memperkecil hambatan-hambatan yang ada dalam diri individu.
c.       Memperkuat unsur pendorong dan sekaligus mengurangi hambatan-hambatan yang ada.
Perubahan perilaku tersebut tidak terjadi secara langsung, menurut Lewin dengan melalui 5 tahap, yaitu
a.       Tahap pencairan
b.      Tahap diagnosa masalah
c.       Tahap penentuan tujuan
d.      Tahap penerimaan perilaku baru
e.       Tahap pembekuan kembali.
Tahap ini disebut sebagai tahap 'mencair sampai membeku kembali (unfreezing to refreezing).
Contoh : Di Bali banyak wanita yang mengalami anemia besi karena disana diharamkan bagi mereka mengkonsumsi daging sapi dan banyak diantara mereka yang memilih untuk menjadi vegetarian,sedangkan sumber zat besi kebanyakan terdapat pada sumber hewani maka carapertama adalah dengan memberikan penyuluhan kepada warga tersebut hal apa saja yangmenyebabkan wanita di daerah tersebut mengalami anemia besi. Cara kedua untuk mengurangi hambatan tersebut dengan memberikan makanan yang tepat untuk anemia besi namun tidak menentang kepercayaan setempat. Cara ketiga adalah para petani di Bali banyak menanam kacang-kacangan sehingga walaupun mereka tidak mengkonsumsi daging sapi namun bisamenggantinya dengan bahan nabati.

B.     Proses Inter-personal
1.      Rogers (Teori Adopsi Innovasi)
Merupakan teori yang mengatakan bahwa adanya sesuatu ide/gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/dipakai oleh individu tersebut melalui 5 tahap yaitu mengetahui/menyadari tentang adanya ide (awareness), menaruh perhatian terhadap ide (interest), memberikan penilaian (evaluation), mencoba memakainya (trial), dan jikamenyukainya, maka setuju untuk menerima ide/hal yang baru tersebut (adoption).
Contoh:Mahasiswa sedang melakukan penyuluhan kepada warga di suatu Desa terpencil yang di Desa tersebut banyak memiliki anak. Maka tahap pertama yang dilakukan mahasiswa tersebut adalah dengan memberikan informasi mengenai kerugian memiliki anak yang banyak dan bagaimana pencegahannya. Tahap kedua yang harus dilakukan adalah jika para ibu-ibu sudah menaruh perhatian pada informasi yang diberikan, maka mahasiswa tersebut membujuk para ibu-ibu agar mau mengikuti program KB. Tahap ketiga yaitu memperkenalkan cara menggunakan KB dengan pil, suntik dsb dan memperkenalkan harga, kemudahan menggunakannya dan manfaat yang nyata jika mengikuti program KB. Kemudian tahap selanjutnya adalah para Ibu-Ibu mencoba mengikuti anjuran mahasiswa untuk menggunakan KB. Dan tahap terakhir adalah jika para Ibu-Ibu menerima anjuran mahasiswa maka Ibu-Ibu tersebut bersedia mangikuti program KB.

2.      Kelman (Perubahan Sikap)
Merupakan teori yang mengatakan bahwa perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan 3 tahap, yaitu tahap kepatuhan dimana individu mematuhi anjuran petugas tanpakerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sangsi jika dia tidak patuh, atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan. Tahap kedua yaitu identifikasi tahapan dimana munculnya kepatuhan karena merasa tertarik atauhanya sekedar mengagumi tokoh tersebut sehingga menirukan tindakannya tanpa memahami sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan tersebut maka apabila ia ditinggalkan oleh tokoh idolanya maka ia tak perlu lagi merasa perlu lagi untuk melanjutkan perilaku tersebut. Dan tahap terakhir yaitu internalisasi merupakan tahap dimana seseorang dapat manerima anjuran perilaku yang baru karena tokohnya dapat dipercaya sehingga seseorang menganggap hal tersebut bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.
Contoh :Adanya peraturan di RT A bahwa Ibu-Ibu yang memiliki anak yang berumur 0-5 tahun wajib diberikan pil vitamin A dengan mendatangi posyandu di daerahnya, jika ada warga yang tidak membawa anaknya ke posyandu maka RT setempat akan memberikan hukuman kepada warga tersebut dengan membayar denda (Tahap Kepatuhan) karena adanya kader yang menarikperhatian para Ibu-Ibu di daerah tersebut maka para Ibu-Ibu rela membawa anak-anaknya untuk diberikan pil vitamin A (Tahap Identifikasi). Selain menarik, kader tersebut dinilai bahwa ia memiliki kredibilitas tinggi dan dapat dipercaya maka secara tidak langsung Ibu-Ibu setempat menyadari bahwa pentingnya pemberian pil vitamin A dan apabila kader tersebut digantidengan kader lain Ibu-Ibu tersebut akan tetap membawa anaknya ke posyandu setempat karena menyadari pentingnya pemberian vitamin A.

3.      Merton (penyesuaian perilaku)
Teori Merton merupakan pengembangan teori Kelman yang terdiri dari kepatuhan/konformitas dimana dapat terjadi jika sasaran individu sesuai dengan nilai budaya/norma kelompoknya,innovasi dimana jika dalam kelompok tersebut tidak terdapat nilai budaya dan norma sosial yang kuat maka mereka dengan mudah menerima hal yang baru, ritualisme yaitu suatu individu/kelompok yang biasa melakukan tugas berdasarkan peraturan tanpa menyadari guna prosedur tersebut, pengunduran diri dimana suatu individu keluar dari kebiasaan kelompoknya karena suatu hal, dan memberontak yaitu suatu individu menolak kebiasaan baru.
Contoh :Di suatu Desa A memiliki kebiasaan untuk melakukan kegiatan posyandu sebulan sekali yang dilaksanakan pada minggu kedua (kepatuhan), namun karena banyak di daerah tersebut memiliki orang tua yang bekerja maka jarang ibu-ibu membawa anaknya ke posyandu maka dibuatlah peraturan baru yaitu melaksanakan posyandu pada hari kamis (innovasi), karena peraturan di daerah tersebut sudah ditetapkan maka ibu-ibu membawa anaknya ke posyandu meskipun ada diantara mereka yang belum mengetahui manfaat dari membawa anaknya keposyandu (ritualisme), jika ada seorang ibu yang masih belum mengikuti aturan untuk membawa anaknya ke posyandu maka dikatakan pengunduran diri, namun jika ibu tersebuttetap membawa anaknya walaupun ia tahu banyak ibu-ibu yang bekerja pula di hari kamis makadisebut dengan pemberontakan.

4.      Mantra (pendekatan edukatif)
Merupakan teori perubahan perilaku yang menggunakan pendekatan edukatif dalam upaya menanamkan pemahaman dan membina kebiasaan hidup sehat sehingga individu dapat menyelesaikan masalah kesehatannya secara sendiri maupun berkelompok. Pendekatan ini ditempuh dengan 2 tahap, yaitu pengembangan provider, dimana petugas kesehatan dan tokoh masyarakat mempunyai kesamaan pemahaman tentang masalah kesehatan yang ditemukan, contohnya disuatu Desa A merupakan daerah yang banyak memiliki anak, maka petugas kesehatan bertugas untuk melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat untukmemberikan informasi dan membicarakan faktor apa yang menyebabkan sehingga daerah tersebut memiliki banyak anak. Kemudian tahap kedua adalah pengembangan masyarakat dimana tokoh masyarakat membuat keputusan untuk mendorong kesuksesan program yang dilaksanakan, contohnya tokoh masyarakat (ketua RT misalnya) mewajibkan warga untuk menggunakan KB.

5.      Kelman dan Warwick (Strategi Perubahan Perilaku)
Jenis jenis strategi yang disusun membentuk suatu skala continuum. Strategi tersebut terdiridari strategi paksaan, manipulasi, persuasi, dan fasilitasi. Dimana strategi paksaan terletak diawal skala untuk memaksa individu melakukan tindakan dengan ancaman sangsi, manipulasiyaitu mengubah situasi lingkungan fisik sedemikian mungkin sehingga individu tidak mempunyaipilihan dan mematuhi semua aturan yang diberikan. Sedangkan persuasi adalah strategi yang memberikan kebebasan lebih besar kepada individu sasaran, dan fasilitasi yaitu skala terakhir dari perubahan sikap, yaitu sasaran diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri perilaku yang ingin dituju.
Contoh :Di Desa X banyak yang mengalami buta senja,salah satu alasannya karena di daerah tersebut belum menggunakan minyak difotifikasi vitamin A karena harganya lebih mahal. Maka langkah yang pertama adalah dengan memaksa warga untuk membeli minyak yang berfortifikasi vit A jika tidak maka akan dikenakan sangsi (paksaan), strategi kedua yaitu dengan menghilangkan minyak yang tidak berfortifikasi (manipulasi), strategi ketiga adalah mengajak warga setempat untuk banyak mengkonsumsi vitamin A,salah satunya dengan mengkonsumsi minyak berfortifikasi (persuasi), strategi ke-4 adalah dengan memberikan subsidi pada minyak yangtelah difortifikasi agar harganya sama dengan minyak curah.

C.    Kombinasi dari intra-psikis dan inter-personal adalah Green (model perubahan perilaku)
Mengatakan bahwa kesehatan individu /masyarakat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku yang ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor presdiposisi (mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam individu dan masyarakat), faktor pendukung yaitu tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya, dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan.
Contoh :Pemerintah menggalangkan program pemberian kapsul vitamin A, maka faktor pendukunganya adalah pemerintah mengirimkan dokter,kader-kader di tiap posyandu untuk memberikan penyuluhan dan memberikan kapsul vitamin A, dan mendekati para ibu agar anaknya bersediadiberikan kapsul vitamin A (faktor pendorong) sehingga para ibu paham pentingnya diberikan kapsul vitamin A.

Sumber dari:

http://id.scribd.com/doc/96484598/Model-Perubahan-Perilaku

Sabtu, 24 Mei 2014

Definisi Pekerja Sosial

Berikut ini adalah pengertian dan definisi pekerja sosial menurut para ahli:
# YAYASAN OBOR INDONESIA
Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan formal atau pengalaman praktik di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial.
# ENDANG MOERTOPO
Pekerja sosial adalah seseorang yang memiliki dasar pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai pekerjaan sosial yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
# KEMENTRIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
Pekerja sosial adalah  orang yang memiliki profesi pertolongan
# TARA KUTHER, Ph.D
Pekerja sosial adalah seorang profesional, yang paling sering  bekerja dengan orang dan membantu mereka mengelola kehidupan sehari-hari mereka, memahami dan beradaptasi dengan penyakit, cacat, kematian, dan memberikan pelayanan sosial, seperti perawatan kesehatan, bantuan pemerintah, dan bantuan hukum.
# JACK CLARIDGE
Pekerja sosial adalah sorang individu yang bertujuan untuk membantu orang-orang dalam masyarakat yang  tidak mampu atau kesulitan dalam menangani masalah kehidupan yang mereka hadapi. Pekerja sosial dapat melakukan tugas mereka di sekolah, rumah sakit, organisasi, dan sektor publik lainnya.
# PRINCETON
Pekerja sosial ialah seseorang yang menghabiskan hari-hari mereka membantu orang yang emmpunyai masalah dengan kesehatan, psikologis, sosial, atau bahkan masalah keuangan

Masalah Sosial Anak di Sekolah

MASALAH-MASALAH SOSIAL ANAK DI SEKOLAH

1.      Bullying
Salah satu masalah sosial anak yang terjadi pada lingkungan sekolah yaitu masalah bullying. Bully yaitu kata-kata yang diucapkan dalam nada ancaman, bully biasanya dilakukan seseorang terhadap orang lain yang lebih lemah atau lebih rendah dari pelaku.
Bullying bisa berupa fisik (seperti memukul, menjewer, menampar, dsb), verbal ( seperti mencemooh, mengejek nama orangtua, dsb), psikologis (memfitnah, menyebarkan gosip, mempermalukan korban di depan umum, dsb).
Penyebab anak melakukan bully, yaitu para pelaku bully mendapatkan kepuasan dari menindas orang, ia merasa lebih kuat, lebih berkuasa, karena ada orang yang takut pada dirinya, ingin mendapatkan popularitas di lingkungan sekolahnya atau mereka para pelaku bully merasa iri dengan kelebihan yang ada pada diri target bully seperti lebih pintar atau lebih cantik dari mereka.

2.      Tawuran Pelajar
Perkelahian Pelajar atau tawuran pelajar seperti sudah menjadi suatu kebiasaan atau sudah menjadi tradisi bagi kalangan pelajar di Indonesia. Tawuran antar pelajar semakin menjadi semenjak  terciptanya geng- geng. Geng-geng tersebut melakukan perilaku anarki yang dilakukan didepan umum.
Pemicu tawuran biasanya berasal dari masalah sepele seperti saling mengejek, pemalakan dan membela teman yang punya masalah dengan sekolah lain.  Dan tawuran pelajar biasanya hanya dilakukan sebagai kegiatan iseng belaka, mencari pamor nama sekolah  dan sebagai ajang bales dendam.

3.      Narkoba dan seks bebas
Tidak bisa di pungkiri pada zaman sekarang ini narkoba dan seks bebas sudah menjamur di kalangan siapa saja, terutama kalangan remaja. Karena usia remaja adalah usia peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa awal, hal ini biasanya yang menjadikan gejolak jiwa remaja untuk menemukan jati dirinya dengan mencoba hal-hal yang baru.  Remaja yang salah dalam pergaulannya akan terjerumus kedalam hal-hal yang negatif seperti narkoba, alkohol, dan seks bebas. Sebaliknya remaja yang benar dalam memilih teman bergaulnya akan menjadi lebih kreatif, dan matang untuk mempersiapkan diri menuju masa dewasa. 

4.      Merasa rendah diri bergaul dengan orang lain, merasa lebih senang menyendiri, hubungan dengan orang tua dan guru yang kurang baik.
Hal ini disebabkan karena anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Kurangnya interaksi dan kasih sayang keluarga juga dapat menjadikan anak mengalami masalah ini.

5.      Deskriminasi ras, etnis, agama, atau sosial ekonomi yang berbeda
Masalah perilaku sosial pada remaja juga dapat dilihat dari diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama atau sosial ekonomi yang berbeda.
Contohnya anak-anak yang termasuk kelompok etnis tertentu seperti kulit hitam. Ada stereotip tertentu yang telah melekat pada ras tertentu dan, anak-anak seperti mereka, menderita rendah diri. Selain itu masalah strata ekonomi juga dapat menimbulkan masalah sosial.
Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama dan sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswa secara sama dan tidak membeda-bedakan siswa yang satu dengan lainnya.

6.      Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Adapun masalah-masalah siswa yang umumnya ditemukan dalam proses belajar, yaitu masalah gangguan sosial emosional, berikut beberapa contoh gangguan sosial emosional yang nampak di kelas yaitu :
a.       Anak hiperaktif
b.      Distractibility child adalah anak yang cenderung cepat bosan. Ia sering kali mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek lain di kelas.
c.       Poor self concept anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga mudah tersinggung.
d.      Anak impulsif. adalah anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi pertanyaan di kelas.Namun, jawaban yang diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis.
e.       Anak destructive behavior siswa yang suka merusak benda-benda yang ada di sekitarnya.
f.       Distruptive behavior adalah anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan.
g.      Dependency child anak yang selalu bergantung pada orang tuanya.
h.      Withdrawl, yaitu anak yang mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu.
i.        Learning disability adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya.
j.        Learning disorder adalah anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf.      
k.      Underachiever, yaitu anak yang mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di kelas sangat rendah.
l.        Overachiever adalah anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat.
m.    Slow learner adalah anak yang sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.

n.      Social interseption child adalah anak yang kurang peka dan tidak perduli terhadap lingkungannya.